Minggu, 20 Juni 2010

KADO UNTUK AMAR

KADO UNTUK AMAR

Adik..

Mungkin tawa dan candamu kini tak lagi dapat aku rasakan..

Tak dapat lagi aku lihat karena kau telah pergi..

Pergi meninggalkan sejuta kenangan masih yang ingin selaluku kenang..’

Pergi menginggalakan beribu duka yang mendalam…

Tangisan dan jeritmu kepadaku ,,

Mungil dan lembut jemariku takkan lagi bias ku sentuh..

Kini hanya figuramu yang dapat aku nikmati walau pedih

Tapi harus ku ikhlaskan dirimu kepadanya..

“kakak permenku mana?” Tanya amar kepadaku…

“iih apan sih de ? ini kan punya kakak..uweeekkkkk” jawabku dengan nada penuh kejailan.

Masih hangat dibenakku bagaimana aku mengerjai adikku amar..

Ehmmmm disaat dia menangis dan teriak menjadi kenikmatan sendiri untukku..

Marahnya, ekspresi wajahnya ketika ngambek adalah kenangan termanis yang sangat sulit untuk dibuang.

Tak terasa sudah hampir 2 tahun ia pergi. Andai saja petaka itu tidak dating mungkin kini tawanya masih dapatku rasakan. Ya petaka yang sudah merenggut nyawa adikku tersayang.

Berawal di musim penghujan tepatnya tanggal 1 dibulan juni 2008. Saat itu cuaca sangatlah buruk, dan amar yang saat itu sedang bermain tiba-tiba terhenti dan membeku saat mendengar aku dan ibu yang bertengkar.

GUUUBBBRRRRAAAKKKK….!!!

“TERSERAH IBU MAU BILANG APA ! AKU BEGINI UNTUK IBU DAN AMAR, TAPI APA YANG AKU DAPAT? HANYA MAKINAN DAN CACIAN DARI IBU..! IBU BENAR-BENAR TAK MENGHARGAI JERIH PAYAHKU…!” bentakku

“bagaimana ibu tidak marah mira??! Kalau ternyata anak perempuan ibu satu satunya, harapan ibu satu satunya ternyata mengecewakan ibu !!

“APA ???? MENGECEWAKAN??? IBU BILANG AKU MENGECEWAKAN IBU?? IBU AKU BEGINI ITU UNTUK SIAPA???!!!

“tapi ini benar-benar telah membuat ibu sakit hati kepadamu mira ! ibu tak pernah sedikitpun meminta kamu untuk berhenti sekolah apa lagi untuk bekerja sebagai wanita malam seperti ini ! susah payah ibu menyekolahkanmu…bukan yang seperti ini yang ibu harapkan !!” tangis ibu

“Cukup bu aku sudah muak dengan semua ini, aku ingin kita memiliki kehidupan yang layak atau setidaknya sedikit saja kita merasakan kehidupan yang layak tanpa harus merasakan kekurangan seperti yang selama ini kita rasakan bu…! Mira ingin amar merasakan apa yang dirasakan teman-teman sebayanya, memiliki banyak mainan, memiliki sepeda. Mira ingin ibu dan amar bahagia..jadi mira mohon bu izinkan mira melakukan apa yang bias mira lakukan walaupun itu sama artinya dengan mira menyerahakan kehormatan mira. Tolong ibu mengerti.. amar kakak pergi dulu ya saying..” tangisku sembari meninggalkan rumah pergi kedalam hujan yang lebat.

“kakak mau kemana?” Tanya amar

“mira..mira.. mau kemana kau nak?? Sampai matipun ibu tak akan merestui pekerjaan harammu itu ! mira…mirraaaaaaaa”

Terdengar oleh ku tangisan ibu yang semakin pecah namun ku tetap menghiraukan sambil terus melangkahkan kakiku keluar.

“ibu ka mira mau kemana? Ibu kenapa nagis? Kok ka mira teriak terak ke ibu sih??” Tanya amar lugu

Namun ibu tak menggubris pertanyaan amar tadi dan meninggalkan bocah kecil itu masuk kedalam kamar.

“Ibu jangan nangis, kalau ka mira nakal sama ibu, nanti ama yang marahin ka mira nya ibu senyum dong..” sembari mengusapkan air mata yang jatuh dipipi ibunya.

Ooh amar memang selalu menjadi obat disaat sedih dan selalu menjadi pelita disaat hati aku dan ibu terselimuti oleh kegelapan emosi.

“tidak nak, tadi itu ka mira lagi sakit..”

“ehmmmm… sakit? Memang ka mira sakit apa ibu? Parah ya?tanya amar dengan menampilakn sejuta kepolosan diwajahnya

“hehemmm.. iia sayang ka mira lagi sakit, hatinya lagi dikerumuni oleh setan setan..! makanya amar rajin solat ya biar hati amar tidak mudah dirasuki oleh setan seperti ka mira itu.” Sambil memeluk bocah 5 tahun itu

Ya semenjak ayahku pergi dengan wanita lain, hidup kami sangat lah sulit bahkan untuk menghidupi aku dan amar ibu harus rela menjadi kuli di pasar. Sehingga tubuhnya renta oleh penyakit dan hal ini juga yang menyebabkan aku untuk berhenti dari sekolah ku SMA PELITA TIMUR, kecamatan RIAU UTARA dan memilih untuk bekerja penjadi PSK dikepulauan RIAU.

“Ibu ka mira itu kemana kok tidak plang pulang sih?”

“ka miranya lagi nyari penawar hatinya sayang”

“loh memangnya ka mira belum sembuh juga ya bu, kok lama sekali?”

“iia sayang ka miranya belum sembuh..” sambil meneteskan air mata

“oohh” sambil peranjak dari pangkuan ibunya

“loh amar mau kemana kamu nak?”

“amar mau solat ibu amar mau minta ke allah supaya ka mira cepet dapet obat dan bias kumpul lagi sama kita”

Mendengar ucapan anak bungsunya itu ibu pun ta kuasa menahan air mata..

“ya allah amar mohon semogaka mira cepet semu dari penyakit hatinya agar amar bias main lagi sama ka mira. Oh ya, ya allah amar nitip surat ya buat ayah bilang sama ayah amar kangen… amar mau ketemu ayah lagi..janga lupa disampaikan ke ayah ya allah..amiin”

5bulan sudah aku tak pulang kerumah sampai akhirnya aku mendapatkan berita bahwa amar adikku sakit keras.

“ka mira..ka mira..amar kangen ka” igau amar

“mira kemana kau nak lihat adikmu itu.. betapa teganya kau meninggalkan ibu dan adikmu itu” tangis ibu

Dalam tangisnya ibu pun termenung mengingat semua kelakuan anak perempuannya itu, mira andai kamu mengerti apa yang ibu lakukan itu demi masa depan kamu nak

“ibuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu” teriakku sembari berlari menghampiri wanita yang terlihat kusam dan lebih tua dari umurnya

“masya allah mira..kemana saja kamu nak? Lihat adikmu…lihat betapa rindunya ia kepadamu mira..tapi apa pernah kau mengerti perasaanya??”

Tangispun pecah dikeduanya, dan keheningan waktu sesaat merajai hati mereka berdua

“KA MIRAAAAAAAAAAAAA”

“amaaaaaaaaaaaaar… oh adikku sayang”

“kakak kemana saja ? amar kan kangen? Kakak sudah dapat obatnya??”Tanya amar

“obat?? Obata pa??”

“ia kan kata ibu hati kakal lagi sakit, makanya kakak rajin solat biar setan ga nyakitin hati kakak.. kalau kakak sakit bilang sama aku, biar nanti aku pergi menghadap allah terus aku bakal bilang ke allah, ya allah kasih ka mira ku kesembuhan biar setan-setan takut sama ka mira”

Ocehan polos anak itu membuatku terharu dan semakin derasnya air mata yang kujatuhkan. Lalu disapunya air mataku dengan sentuhan tangannya yang mungil dan lembut itu.

“oh iya amar kan mau ulang tahun, kamu mau apa sayang?”tanyaku lembut

“amar hanya minta satu yaitu kakak tidak marahan lagi sama ibu terus kakak tidak kerja malam melulu dengan pakaian yang seksi itu, amar mau kakak pake baju kaya ibu haji ending ka,, kakak pasti cantik”

Ya allah.. Aku tau hinanya pekerjaan yang selama ini aku lakukan, ternyata aku salah ! hanya demi uang aku korbankan harga diriku sebagai wanita dan ku tinggalkan keluargaku.. Kakak macam apa apaku ini???

Panas dibadan amar tidaklah kunjung mereda namun dia tak sedikitpun mengeluh bahkan dia masih tersenyum dan menguatkan aku dan ibu. Tapi kami tak sekuat amar yang tegar menahan sakitnya apa lagi setelah mengetahui bahwa amar mengalami kangker darah dan kemungkinan hidupya sangat tipis.

“kakak tersenyum dong, kakak kan cantik kalau tersenyum.. ibu kok murung? Ibu sedih ya? Sini biar amar hibur amar nyanyi ya buat ibu.. terbayang satu wajah penuh cinta penuh kasih,, terbayang satu wajah penuh dengan kehangatan oh ibuuu..hheehhee”

Ya allah aku tidak sanggup menghadapi kenyataan ini, kenapa tak kau berikan sakit itu kepadaku hambamu yang hina ini?? Kenapa musti amar sipenawar hidup aku dan ibu??

Ibu kakak, amar mau pergi kelangit… ayah sudah nunggu amar disana.. ayah janji mau bawa amar terbang diantara awan putih.. tapi ibu sama kakak tidak boleh ikut, kakak sama ibu tunggu disini saja ya..” celoteh amar yang seketika membuat hatiku dan ibu tertusuk sakkitt sekali

“sttttt amar bobo ya sayang..” potong ibu

“engga mau ibu, ibu sama kakak janji ya kalau amar terbang nanti ibu sama kakak jangan marahan lagi terus kakak jangan pergi malam malam lagi ya apa lagi kalau sampai pergi lama dan membuat ibu menangis lagi…”

“iia sayang iia.. sekarang amar bobo ya, jangan lupa berdoa..”

Ibu yang mendengar ocehan amar tadi tak kuasa menahan tangis dan lebih memilih untuk meninggalkan kamar rumah sakit..

“iya amar bobo…ya allah amar sudah siap terbang tapi jangan lupa ya allah doa amar supaya kakak kerjanya jangan malam-malam lagi terus ibu sama kakak tidak marahan lagi.. dan kakak mau pakai jilbab kaya ibu haji ending…amiin”

Dan sejak saat itu amar tidak pernah lagi membuka matanya..kesedihan sangat menusuk dihati aku dan ibu.. adik yang selama ini aku kecewakan.. adiik yang selama ini selalu menungguku pulang kini telah tiada… tiada lagi ocehan polosnya yang mampu menenangkan jiwa.. sang penawar hati kini telah pergi.. pergi menghadap illahi…tepat dihari ulang tahunnya yang kelima

Amar sayang kini tepat dua tahun kau tak ada, dan didepan pusaran ini kakak telah memenuhi janji kakak untuk memakai jilbab sayang seperti ibu endang dan kini kakak tidak lagi bekerja pada malam hari dengan memakai baju ketat, kakak sudah menjadi muslimah yang sebenarnya sayang sesuai yang kau inginkan..

Selamat jalan adikku sayang …

Selamat jalan pelitaku tercinta …

By :

Nanda Sari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar